Serukan Darurat Demokrasi, Yanuar Nugroho: Kesetiaan Kita Pada Gagasan, Bukan Pada Orang

Februari 6, 2024 - 01:17
Serukan Darurat Demokrasi, Yanuar Nugroho: Kesetiaan Kita Pada Gagasan, Bukan Pada Orang
Pengamat kebijakan publik Yanuar Nugroho menekankan, kesetiaan kita bukan pada orang, tetapi kita setia pada gagasan / foto ist
Spot Iklan Tersedia (Posting Atas)

Jakarta, Maximadaily.com - Pengamat kebijakan publik Yanuar Nugroho menekankan, kesetiaan kita bukan pada orang, tetapi kita setia pada gagasan. Mengutip tulisannya di Harian Kompas, 31 Januari 2024 lalu, Indonesia bukan hanya kawasan tempat tinggal ratusan juta warga dari berbagai suku dan agama, tetapi merupakan gagasan dan kesepakatan tentang sebuah masa depan bersama.

Spot Iklan Tersedia (Artikel 1)

Pernyataan itu disampaikan Yanuar Nugroho saat menjadi narasumber dalam diskusi media di Media Center Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo – Mahfud MD di Cemara, Jakarta, 5 Februari 2024 bertema ‘Gerakan Intelektual Kampus dan Netralitas Presiden beserta Aparatur Negara dalam Pemilu 2024’.

Dalam diskusi ini, Yanuar hadir bersama profesor riset LIPI Ikrar Nusa Bhakti dan Direktur Juru Kampanye TPN Choirul Anam, dipandu Direktur Eksekutif Kominfo dan Jubir TPN Tomi Aryanto.

 “Jadi kalau gagasan bernama Indonesia yang seharusnya dibangun melalui demokrasi dirusak, kita seharusnya melawan. Rangkaian penyelewengan etika dan moral itu terjadi misalnya dari intimidasi jelang pentas Butet Kartaredjasa hingga ramai-ramai terkait politisasi bantuan sosial,” ungkapnya.

Deputi Kepala Staf Kepresidenan 2015-2019 ini mengingatkan, narasi bahwa bansos diasosiasikan dengan pasangan calon tertentu yang kemudian tersebar rumor kalau mereka tidak terpilih maka bansos akan dihentikan, bukan hanya pembodohan dan pembohongan publik tapi juga manipulasi.  

“Di sinilah akademisi dan intelektual yang setia pada gagasan pasti bersuara. Apalagi saat ini berkembang narasi untuk ‘membunuh demokrasi dengan dalih demokrasi’,” jelasnya. 

Mengutip filsuf Italia Antonio Gramsci, ada dua jenis intelektual, yakni intelektual intelektual tradisional yang hidup di menara gading keilmuannya dan intelektual organik yang komit pada panggilan membela kepentingan masyarakat korban hegemoni dan dominasi penguasa serta kaum oligarki.

“Inilah saatnya para intelektual melebur bersama masyarakat warga menjaga nyala api demokrasi,” tegasnya.

Yanuar mengajak agar masyarakat berani menjaga dan memastikan pemilu ini berjalan dengan benar. Apalagi, selama 10 hari ke depan adalah hari-hari kampanye terakhir, habis-habisan rebutan suara, lalu pada hari H kita harus memastikan apa yang terjadi di bilik suara. 

“Saya meminta semua partai dan masyarakat sipil, mengawal proses pemilu yang jurdil. Kalau ada kecurangan, laporkan. Inilah saatnya masyarakat sipil karena kita berada dalam keadaan darurat demokrasi,” serunya. (red)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Spot Iklan Tersedia (Posting Bawah)